أهلا وسهلا

أهلا وسهلا

Senin, 24 April 2017

Memilih Pemimpin Ideal


(Media FSI-KU) Assalamu'alaikum, sahabat muslim! Alhamdulillah, minggu ini artikel Kajian Islam FSI-KU kembali lagi dengan tema dan pembicara yang sangaaat spesial! Yap, tema Kalam-KU pada minggu lalu tepatnya tanggal 13 April 2017 membicarakan tentang "Memilih Pemimpin Ideal" yang dibawakan oleh Dr. Umay M.Dja'far Shiddieq, MA. Beliau merupakan Wakil Ketua PP IPIM (Ikatan Persaudaraan Imam Masjid) Indonesia dan Imam Besar Masjid Al-Nizham.

Di awal kajian, sebelum kepada pembahasan tema kita kali ini beliau menjelaskan tentang betapa kehidupan kita itu sangat diatur oleh Al-Qur'an. Dan ketika sesuatu telah diatur oleh Al-Qur'an maka sesuatu itu adalah pokok atau wajib untuk dilakukan. Contoh yang paling dekat saja dengan kehidupan kita, yaitu mengucapkan salam. Tahukah kamu bahwa ajaran yang pertama kali diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah mempopulerkan salam?. Sungguh, sekarang ini betapa kita sering menyepelekan salam. Padahal mengucapkan dan menjawab salam termasuk amalan yang baik dan diatur di dalam Al-Qur'an, loh.

أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ” (HR. Bukhari no. 6236)

Sedangkan untuk tata cara dalam mengucapkan dan menjawab salam di jelaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu."  (QS. An-Nisa: 86)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum kalian meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.” (QS. An-Nur: 27)

Tata cara dalam mengucapkan dan menjawab salam berdasarkan firman di atas:

1. Salam itu terdiri dari tiga, yaitu: "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu. Berdasarkan surat An-Nisa ayat 86 maka ketika kita mengucapkan salam maka jawablah salam itu dengan yang serupa atau lebih baik. Maksudnya, ketika kita mengucapkan "Assalamu'alaikum", maka minimal harus dijawab dengan "Wa'alaikumussalam warahmatullaah"; jika kita mengucapkan "Assalaamu‘alaikum warahmatullaah", maka harus dijawab dengan sempurna "Wa‘alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"; dan apabila kita mengucapkan salam dengan sempurna maka harus dijawab dengan salam yang serupa.

2. Sedangkan pada surat An-Nur ayat 27 kita diajarkan untuk tidak masuk ke dalam rumah seseorang sebelum mengucapkan salam dan orang yang berada di dalam rumah itu menjawab salam kita. Ayat ini juga sekaligus mengajarkan kita tentang adab bertamu ke rumah orang lain. Adapun adab yang harus dilakukan yaitu mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Apabila orang yang berada di dalam rumah tidak merespon salam kita maka kita boleh mengulang salam kita sebanyak tiga kali sembari menunggu. Apabila sudah tiga kali tidak juga mendapat respon maka itu artinya di dalam rumah itu tidak ada orang atau mungkin saja orang tersebut sedang tidak ingin menerima tamu. Jika seperti itu maka kita diharuskan untuk pergi.

3.  Jika suatu saat ada orang non-muslim yang mengucapkan salam kepada kita, maka hendaknya kita menjawab salam itu dengan "Wa'alaikum" seperti yang telah dijelaskan pada hadist berikut,
“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.” (HR. Bukhari no. 6258 dan Muslim no. 2163)

4. Dan ketika hendak masuk ke dalam rumah yang tidak ada orang di dalamya, atau memasuki rumah sendiri , hendaknya mengucapkan salam dengan, "Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin” seperti yang telah dijelaskan pada ayat berikut,
”Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian” (An-Nur: 61)

Nah, gimana? Masyaa allah banget, kan? Sesuatu yang mungkin pernah kita anggap sepele itu ternyata diatur di dalam Al-Qur'an, loh. Seperti yang telah dijelaskan di awal, jika sesuatu itu diatur dalam Al-Qur'an maka sesuatu itu merupakan hal yang wajib dan pokok. Adapun penjelasannya bisa saja terdapat langsung di dalam Al-Qur'an ataupun hadist. Selanjutnya, kita masuk ke pembahasan inti kita yaitu memilih pemimpin yang ideal. 

Sampai titik ini mungkin kalian akan mulai menyadari sesuatu, salam aja diatur di dalam Al-Qur'an.. apalagi memilih pemimpin, ya? Nah, bener tuh sahabat muslim! Memilih pemimpin diatur juga loh di dalam Al-Qur'an. Salah satunya hal yang sedang hits saat ini yaitu yang dijelaskan di dalam surat Al-Ma'idah ayat 51,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Ma'idah: 51) 

Berdasarkan artikel Bahasan Edaran Sesat dan Menyesatkan yang berjudul "Halal Umat Islam dipimpin Non Muslim" yang sempat diberikan kepada para peserta yang hadir saat Kalam-KU saat itu. Di artikel itu dijelaskan bahwa sekarang ini banyak sekali oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang menyalahartikan tafsir QS Al-Ma'idah ayat 51 tersebut. Dan di dalam artikel tersebut juga terdapat beberapa klarifikasi lain mengenai halal umat Islam dipimpin Non Muslim. 

1."Halal umat Islam dipimpin Non Muslim", karena kata larangan dalam ayat, menggunakan kata jama' (Awliya) artinya pemimpin-pemimpin (kolektif), bukan tunggal "Waly" (seorang pemimpin). Astaghfirullah, tentu itu salah besar. Karena tidak mungkin Allah melarang kepada orang-orang beriman (jama'), menjadikan orang-orang Yahudy (jama'), orang-orang Nasrani (jama') (sebagai objek pertama), objek keduanya "Pemimpin" memakai kata tunggal "waly", pasti jama' lagi dong, yakni "awliya". Terus penggalan ayat berikutnya jama' semua. Lalu dari tafsir yang sesat ini disimpulkan "Halal umat Islam dipimpin (seorang) Non Muslim". Dalam kaidah bahasa dinyatakan "Liljam'i hukmul fardi" (dalam jama' dikandung hukum tunggal). Adalah keliru, kalau ada perintah puasa kamu sekalian, tidak berlaku kepada perorangan, kalau tidak puasa rame-rame. QS 2:183

2. Pemutar balikan fakta. Bahwa memang tidak ada sejarah yang mengatakan bahwa umat muslim pernah dipimpin oleh pemimpin Non Muslim. 

3. Tidak ada sejarahnya bahwa ketika seorang Non Muslim memimpin umat Islam, pemimpin tersebut melindungi kaum muslimin. Seperti yang dikisahkan dalam surat At-Taubah ayat 40 berikut:

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 40)

4. Doa yang diajarkan Allah kepada Nabi saw kekasihNya itu ".....dan Jadikan aku dari sisiMu penguasa yang menolon (kebenaran), adalah isyarat bahwa "kebenaran (al-Islam) tanpa didukung oleh Kekuasaan tidak dapat bertahan, demikian itu adalah sunnatullah yang berlaku sejak Nabi-Nabi terdahulu, seperti Ibrahim As vs Namrud, Yusuf As vs Qithfir Aziz, serta Musa As vs Fir'aun. Karena itu, hanya dalam hitungan hari setibanya di Madinah Nabi saw membentuk negara dengan Piagam Madinah sebagai Undang-Undang Dasarnya, dan beliau saw sebagai Kepala Negaranya. Islam pun berkembang ke seluruh penjuru jagat ini dari Madinah. Betapa penting dan strategisnya kekuatan politik itu. Sehingga tidak heran kalau Allah sampai 21 kali melarang orang beriman memilih pemimpin kafir.

Nah, begitulah kiranya penjelasan mengenai tema Kalam-KU kali ini. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita, ya. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan ataupun penyampaian isi pada artikel ini.

Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh





Tidak ada komentar:

Posting Komentar