(Media FSI-KU) Assalamu'alaikum, sahabat muslim!
Alhamdulillah, minggu ini artikel Kajian Islam FSI-KU kembali lagi dengan tema
dan pembicara yang sangaaat spesial! Yap, tema Kalam-KU pada minggu lalu
tepatnya tanggal 13 April 2017 membicarakan tentang "Memilih Pemimpin
Ideal" yang dibawakan oleh Dr. Umay M.Dja'far Shiddieq, MA. Beliau
merupakan Wakil Ketua PP IPIM (Ikatan Persaudaraan Imam Masjid) Indonesia dan
Imam Besar Masjid Al-Nizham.
Di awal kajian, sebelum kepada pembahasan tema kita kali
ini beliau menjelaskan tentang betapa kehidupan kita itu sangat diatur oleh
Al-Qur'an. Dan ketika sesuatu telah diatur oleh Al-Qur'an maka sesuatu itu
adalah pokok atau wajib untuk dilakukan. Contoh yang paling dekat saja dengan
kehidupan kita, yaitu mengucapkan salam. Tahukah
kamu bahwa ajaran yang pertama kali diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah
mempopulerkan salam?. Sungguh, sekarang ini betapa kita sering menyepelekan
salam. Padahal mengucapkan dan menjawab salam termasuk amalan yang baik dan
diatur di dalam Al-Qur'an, loh.
أَىُّ الإِسْلاَمِ
خَيْرٌ قَالَ « تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ،
وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Amalan
islam apa yang paling baik?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam
kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali. ”
(HR. Bukhari no. 6236)
Sedangkan untuk tata cara dalam mengucapkan dan menjawab salam di
jelaskan dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا
ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari
padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya
Allah memperhitungankan segala sesuatu." (QS. An-Nisa: 86)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ
حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki
rumah-rumah yang bukan rumah kalian sebelum kalian meminta izin dan memberi
salam kepada penghuninya.” (QS. An-Nur: 27)
Tata cara dalam mengucapkan dan menjawab salam berdasarkan firman
di atas:
1. Salam itu terdiri dari tiga, yaitu: "Assalaamu ‘alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh" yang artinya Semoga keselamatan, rahmat
Allah dan berkah-Nya tercurah kepadamu. Berdasarkan surat An-Nisa ayat 86 maka
ketika kita mengucapkan salam maka jawablah salam itu dengan yang serupa atau
lebih baik. Maksudnya, ketika kita mengucapkan "Assalamu'alaikum",
maka minimal harus dijawab dengan "Wa'alaikumussalam warahmatullaah";
jika kita mengucapkan "Assalaamu‘alaikum warahmatullaah", maka harus
dijawab dengan sempurna "Wa‘alaikumussalam warahmatullahi
wabarakatuh"; dan apabila kita mengucapkan salam dengan sempurna maka
harus dijawab dengan salam yang serupa.
2. Sedangkan pada surat An-Nur ayat 27 kita diajarkan untuk tidak
masuk ke dalam rumah seseorang sebelum mengucapkan salam dan orang yang berada
di dalam rumah itu menjawab salam kita. Ayat ini juga sekaligus mengajarkan
kita tentang adab bertamu ke rumah orang lain. Adapun adab yang harus dilakukan
yaitu mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Apabila orang yang berada di dalam
rumah tidak merespon salam kita maka kita boleh mengulang salam kita sebanyak
tiga kali sembari menunggu. Apabila sudah tiga kali tidak juga mendapat respon
maka itu artinya di dalam rumah itu tidak ada orang atau mungkin saja orang
tersebut sedang tidak ingin menerima tamu. Jika seperti itu maka kita
diharuskan untuk pergi.
3. Jika suatu saat ada orang non-muslim yang mengucapkan
salam kepada kita, maka hendaknya kita menjawab salam itu dengan
"Wa'alaikum" seperti yang telah dijelaskan pada hadist berikut,
“Jika seorang ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) memberi salam
pada kalian, maka balaslah dengan ucapan ‘wa’alaikum’.” (HR. Bukhari no.
6258 dan Muslim no. 2163)
4. Dan ketika hendak masuk ke dalam rumah yang tidak ada orang di
dalamya, atau memasuki rumah sendiri , hendaknya mengucapkan salam dengan,
"Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin” seperti yang telah
dijelaskan pada ayat berikut,
”Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam
atas diri kalian” (An-Nur: 61)
Nah, gimana? Masyaa allah banget, kan? Sesuatu yang mungkin pernah
kita anggap sepele itu ternyata diatur di dalam Al-Qur'an, loh. Seperti yang
telah dijelaskan di awal, jika sesuatu itu diatur dalam Al-Qur'an maka sesuatu
itu merupakan hal yang wajib dan pokok. Adapun penjelasannya bisa saja terdapat
langsung di dalam Al-Qur'an ataupun hadist. Selanjutnya, kita masuk ke
pembahasan inti kita yaitu memilih pemimpin yang ideal.
Sampai titik ini mungkin kalian akan mulai menyadari sesuatu,
salam aja diatur di dalam Al-Qur'an.. apalagi memilih pemimpin, ya? Nah, bener
tuh sahabat muslim! Memilih pemimpin diatur juga loh di dalam Al-Qur'an. Salah
satunya hal yang sedang hits saat ini yaitu yang dijelaskan di dalam surat
Al-Ma'idah ayat 51,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ
أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ
مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Ma'idah:
51)
Berdasarkan artikel Bahasan Edaran Sesat dan Menyesatkan yang
berjudul "Halal Umat Islam dipimpin Non Muslim" yang sempat diberikan
kepada para peserta yang hadir saat Kalam-KU saat itu. Di artikel itu
dijelaskan bahwa sekarang ini banyak sekali oknum-oknum tidak bertanggungjawab
yang menyalahartikan tafsir QS Al-Ma'idah ayat 51 tersebut. Dan di dalam
artikel tersebut juga terdapat beberapa klarifikasi lain mengenai halal umat
Islam dipimpin Non Muslim.
1."Halal umat Islam dipimpin Non Muslim", karena kata
larangan dalam ayat, menggunakan kata jama' (Awliya) artinya pemimpin-pemimpin
(kolektif), bukan tunggal "Waly" (seorang pemimpin). Astaghfirullah,
tentu itu salah besar. Karena tidak mungkin Allah melarang kepada orang-orang
beriman (jama'), menjadikan orang-orang Yahudy (jama'), orang-orang Nasrani
(jama') (sebagai objek pertama), objek keduanya "Pemimpin" memakai
kata tunggal "waly", pasti jama' lagi dong, yakni "awliya".
Terus penggalan ayat berikutnya jama' semua. Lalu dari tafsir yang sesat ini
disimpulkan "Halal umat Islam dipimpin (seorang) Non Muslim". Dalam
kaidah bahasa dinyatakan "Liljam'i hukmul fardi" (dalam jama'
dikandung hukum tunggal). Adalah keliru, kalau ada perintah puasa kamu
sekalian, tidak berlaku kepada perorangan, kalau tidak puasa rame-rame. QS
2:183
2. Pemutar balikan fakta. Bahwa memang tidak ada sejarah yang
mengatakan bahwa umat muslim pernah dipimpin oleh pemimpin Non Muslim.
3. Tidak ada sejarahnya bahwa ketika seorang Non Muslim memimpin
umat Islam, pemimpin tersebut melindungi kaum muslimin. Seperti yang dikisahkan
dalam surat At-Taubah ayat 40 berikut:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ
كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا
تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ
بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ
اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika
keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka
Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir
itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 40)
4. Doa yang diajarkan Allah kepada Nabi saw kekasihNya itu
".....dan Jadikan aku dari sisiMu penguasa yang menolon (kebenaran),
adalah isyarat bahwa "kebenaran (al-Islam) tanpa didukung oleh Kekuasaan
tidak dapat bertahan, demikian itu adalah sunnatullah yang berlaku sejak
Nabi-Nabi terdahulu, seperti Ibrahim As vs Namrud, Yusuf As vs Qithfir Aziz,
serta Musa As vs Fir'aun. Karena itu, hanya dalam hitungan hari setibanya di
Madinah Nabi saw membentuk negara dengan Piagam Madinah sebagai Undang-Undang
Dasarnya, dan beliau saw sebagai Kepala Negaranya. Islam pun berkembang ke
seluruh penjuru jagat ini dari Madinah. Betapa penting dan strategisnya
kekuatan politik itu. Sehingga tidak heran kalau Allah sampai 21 kali melarang
orang beriman memilih pemimpin kafir.
Nah, begitulah kiranya penjelasan mengenai tema Kalam-KU kali ini.
Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan kita, ya. Mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan ataupun penyampaian isi pada artikel ini.
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar