TAUSIAH-KU
๐
Adab Sebelum Makan dan Minum๐
Assalamualaikum ikhwahfillah, pernah tidak kita terburu-buru ata bercanda saat makan dan minum?
Hal tersebut dapat mencelakakan kita loh.
Namun, ternyata terdapat adab-adab saat makan dan minum, agar terhindar dari celaka saat makan dan minum.
.
Berikut ini beberapa adab saat makan dan minum๐๐
.
1.
Hendaknya berusaha (memilih untuk) mendapatkan makanan dan minuman yang
halal dan baik serta tidak mengandung unsur-unsur yang haram,
berdasarkan firman Allah:
َูุง ุฃََُّููุง ุงَّูุฐَِูู
ุขู
َُููุง ُُูููุง ู
ِْู ุทَِّูุจَุงุชِ ู
َุง ุฑَุฒََْููุงُูู
ْ “Hai orang-orang yang
beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu…”
[Al-Baqarah/2: 172]
.
2.
Meniatkan tujuan dalam makan dan minum untuk menguatkan badan, agar
dapat melakukan ibadah, sehingga dengan makan minumnya tersebut ia akan
diberikan ganjaran oleh Allah.
.
3. Mencuci kedua tangannya sebelum makan, jika dalam keadaan kotor atau ketika belum yakin dengan kebersihan keduanya.
.
4.
Meletakkan hidangan makanan pada sufrah (alas yang biasa dipakai untuk
meletakkan makanan) yang digelar di atas lantai, tidak diletakkan di
atas meja makan, karena hal tersebut lebih mendekatkan pada sikap
tawadhu’. Hal ini sebagaimana hadits dari Anas Radhiyallahu anhu, dia
berkata:
ู
َุง ุฃَََูู ุฑَุณُُْูู ุงِููู ุตََّูู ุงُููู
ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุนََูู ุฎَِูุงٍู َููุงَ ِْูู ุณُُูุฑُّุฌَุฉٍ. “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah makan di atas meja makan dan
tidak pula di atas sukurrujah [2].” [HR. Al-Bukhari no. 5415]
.
5.
Hendaknya duduk dengan tawadhu’, yaitu duduk di atas kedua lututnya
atau duduk di atas punggung kedua kaki atau berposisi dengan kaki kanan
ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri.
Hal ini
sebagaimana posisi duduk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
didasari dengan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ูุงَ
ุขُُูู ู
ُุชَِّูุฆًุง ุฅَِّูู
َุง ุฃََูุง ุนَุจْุฏٌ ุขُُูู َูู
َุง َูุฃُُْูู ุงْูุนَุจْุฏُ
َูุฃَุฌِْูุณُ َูู
َุง َูุฌِْูุณُ ุงْูุนَุจْุฏُ. “Aku tidak pernah makan sambil
bersandar, aku hanyalah seorang hamba, aku makan sebagaimana layaknya
seorang hamba dan aku pun duduk sebagaimana layaknya seorang hamba.”
[HR. Al-Bukhari no. 5399]
6. Hendaknya merasa ridha dengan
makanan apa saja yang telah terhidangkan dan tidak mencela-nya. Apabila
berselera menyantapnya, jika tidak suka meninggalkannya. Hal ini
sebagaimana hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :
ู
َุง
ุนَุงุจَ ุฑَุณُُْูู ุงِููู ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุทَุนุงَู
ุงً َูุทُّ
ุฅِِู ุงุดْุชََูุงُู ุฃَََُููู َู ุฅِْู َูุฑَُِูู ุชَุฑََُูู. “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencela makanan, apabila
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berselera, (menyukai makanan yang
telah dihidangkan) beliau memakannya, sedangkan kalau tidak suka (tidak
berselera), maka beliau meninggalkannya.”[3]
.
Sumber: Oleh
Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani
.
©MCNR FSI-KU FBS UNJ 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar