Akhowat Kece Kudu GST !
Jilid IV
Hafsha Hurat
๐Hanya Selubung Rindu๐
Bismillahirrahmanirrahim
Orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah 165)
(1883) Adalah kengerian Krakatoa, yang memecah lempeng-lempeng bumi dari kesunyian, meruntuhkan kaldera, menggetarkan isi jagad, membawa lebih dari 40 ribu nyawa lewat gemulung Soo Nah Mee, begitu orang Jepang menyebutnya. Ia, ombak yang berderet-deret, bergulung tiada putus dan tanpa henti, menggunung lalu menyeruak selaju pesawat tempur.
Kini, kedahsyatannya dikenang dalam buana, yang memisah raga antara Jawa dan Sumatera
Sungguh kuasa Allah amat dahsyat
Setiap peristiwa di bumi punya selubung maksud, setiap musibah memiliki hikmah. bahkan setelah kengerian, pasti ada keindahan. Demikianlah kita memelajarinya agar kelak kita punya benteng pertahanan yang kukuh, tak hanya pada jasad, namun juga dalam hati.
Saudariku, pernahkah kau mendengar kisah tentang asal muasal bumi tercipta? yang kabarnya menurut ilmu astrofisika, gugusan-gugusan yang ada di dalam galaksi Bima Sakti ini adalah hasil ledakan besar Big Bang.
Seperti terpahat dalam Al-Qur'an Surat Hud Ayat 7 : "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari"
persis seperti peristiwa dentuman dahsyat itu.
Wallahu a'lam.
Kiranya keindahan yang tercipta di bumi dan seisinya (atas izin Allah) tercatat pula dalam
Surat An-Nazi'at ayat 27-33
"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27}
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28}
Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29}
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30}
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31}
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}"
Namun bagi kita, cukuplah sebuah pelajaran. Bahwa selepas peristiwa pasti ada makna
Cukuplah kita mengerti dan mentadabburi keindahan yang tercipta, cukuplah dengan syukur yang tertutur dalam setiap ucap bahwa kita masih diberi jatah untuk dapat memandang seluruh alam.
Ukhti fillah, bagaimana kabarmu di penghujung malam hari ini? masihkah sisa-sisa air wudhu menyegarkan amarah? masihkah sebaris kerinduanmu padaNya mengalun dari tiap bait suci yang kau lantunkan? kuharap demikian, sebab sebait kerinduan itu, pastilah rupa kegandaan rindu-Nya atas dirimu.
Saudariku, aku pernah membaca sebuah paragraf dari Jalaluddin Rumi, bagaimana Allah menitipkan selubung-selubungnya kepada kita, ummat Rasulullah.
Katanya;
"Tuhan menciptakan hijab-hijab itu untuk tujuan baik. Jika keindahan Tuhan ditampakkan tanpa hijab, kita takkan sanggup menanggung pesonanya, tak bisa menikmati daya pikatnya. Sebab hijab itulah kita mendapatkan kebaikan dan manfaat."
Seperti juga ketika Allah menitipkan selubungnya lewat matari yang memancar sinarnya, pabila ia berjarak dekat, binasalah kita. Atau ketika Allah memesamkan selubung-Nya lewat tetumbuhan pada gunung-gunung yang meraksasa, maka yang ada hanya pesona, bayangkan jika gunung-gunung dicipta tanpa selubung, niscaya ia akan hancur berkeping-keping
"Ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung, gunung itu hancur berkeping-keping" (Al-A'raf: 143)
Maka seperti itulah Allah mencipta selubung, sebagaimana Ia bersikukuh menjaga kita, melindungi kita, memuliakan kita (sebagai wanita).
Gerakan Setengah Tujuh, bukan budaya tanpa latar belakang, bukan pula kebijakan tanpa rumusan, GST tak menyoal batas hak seorang wanita untuk berjuang, bertahan atau sekadar berpendapat, ia lebih dari itu.
Gerakan Setengah Tujuh bukan anjuran tanpa ruang, bukan kesepakatan tanpa musyawarah, Ia budaya yang membentuk keluhuran budi dan akal.
Bagi yang tak mengenalnya, ia serupa "kekolotan" dan tak lebih dari suatu kemunduran. Bayangkan saja, jika teman-teman (perempuan) lain masih bergelut dengan teori-teori ekonomi dan susastra atau sebagian sibuk debat sana sini dalam suatu forum, akhwat yang GST harus secepat mungkin enyah dari kampus dan mau tidak mau harus meninggalkan semua agendanya. Tak jarang kalimat-kalimat seperti;
"Kita udah mahasiswa, bebas!"
"Hidup, hidup gue kenapa lo yang repot!"
"Gue bukan anak SD, terserah mau pulang kapan aja"
Dan lain sebagainya, menjadi dilema bagi kita yang berikhtiar menjaga saudari kita dari segala bahaya atau sekadar mengingatkannya agar tak terpapar oleh maksiat..
Meski di kampus, bukan berarti keamanan kita terjamin (tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pejuang keamanan kampus) ya, kejahatan kini merajalela dan mata-mata penjarah telah mengintai kita dimana-mana.
Pernahkah kita bermuhasabah bahwa dengan selubung cinta-Nya, setiap patah kata tak pernah sia-sia?
Pernahkah kita tersadar bahwa GST adalah salah satu selubung kata-kata yang Allah kehendaki agar kita lebih lama bercengkrama dengan-Nya lewat tilawah-tilawah kita di dalam kamar?
Pernahkah kita berfikir, GST adalah selubung-Nya yang tertulis, agar kita lebih intens mendekat kepada Nya, mencurahkan seluruh cerita dan cita-cita di sepertiga malam, dimana jarak antara Tuhan dan hamba-Nya amat dekat tanpa selubung, dimana setiap bisikmu kepada Nya seumpama kekasih pada kekasihnya, seperti bisik ibu pada janin yang dikandungnya, bagai curahan seorang anak pada ayahnya, seperti denyut yang berdenyar pada urat leher kita. Dekat, amat dekat.
Saudariku, Allah tengah merinduimu, Allah tengah mendekapmu dari jelaga nafsu.
Namun adakah rindu-Nya bersambut? adakah luka dari sentuhan rindu jika sehari kita tak menyapa Nya bahkan lewat satu ayat saja? Adakah luka itu melebam dan kekhawatiran akan perpisahan itu datang? adakah duhai shalihah?
Maka izinkanlah aku menyampaikan selubung rindu-Nya padamu wahai saudariku, biarkan rinduku, rindumu dan rindu-Nya bertemu dalam jembatan antara Nabawi dan Madinah, antara jantung dan cintanya.
Yaa Rabbana, jangan kau biarkan hati-hati kami tak pernah terluka oleh kehampaan jika tanpa-Mu, meski hanya lewat sebatas rindu, hanya selubung rindu.
Izrail dan Ibrahim dalam percakapannya, Ibrahim berkata,
"Tolong sampaikan pada Allah, adakah kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihnya?"
Lalu, Allah, lewat Izrail menitipkan pesan
"Ya Ibrahim, adakah kekasih yang tak rindu bertemu dengan kekasihnya?"
Maka pulanglah Ibrahim menemui kerinduannya.
Jilid IV
Hafsha Hurat
๐Hanya Selubung Rindu๐
Bismillahirrahmanirrahim
Orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah 165)
(1883) Adalah kengerian Krakatoa, yang memecah lempeng-lempeng bumi dari kesunyian, meruntuhkan kaldera, menggetarkan isi jagad, membawa lebih dari 40 ribu nyawa lewat gemulung Soo Nah Mee, begitu orang Jepang menyebutnya. Ia, ombak yang berderet-deret, bergulung tiada putus dan tanpa henti, menggunung lalu menyeruak selaju pesawat tempur.
Kini, kedahsyatannya dikenang dalam buana, yang memisah raga antara Jawa dan Sumatera
Sungguh kuasa Allah amat dahsyat
Setiap peristiwa di bumi punya selubung maksud, setiap musibah memiliki hikmah. bahkan setelah kengerian, pasti ada keindahan. Demikianlah kita memelajarinya agar kelak kita punya benteng pertahanan yang kukuh, tak hanya pada jasad, namun juga dalam hati.
Saudariku, pernahkah kau mendengar kisah tentang asal muasal bumi tercipta? yang kabarnya menurut ilmu astrofisika, gugusan-gugusan yang ada di dalam galaksi Bima Sakti ini adalah hasil ledakan besar Big Bang.
Seperti terpahat dalam Al-Qur'an Surat Hud Ayat 7 : "Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam waktu enam hari"
persis seperti peristiwa dentuman dahsyat itu.
Wallahu a'lam.
Kiranya keindahan yang tercipta di bumi dan seisinya (atas izin Allah) tercatat pula dalam
Surat An-Nazi'at ayat 27-33
"Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27}
Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28}
Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29}
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30}
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31}
Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}"
Namun bagi kita, cukuplah sebuah pelajaran. Bahwa selepas peristiwa pasti ada makna
Cukuplah kita mengerti dan mentadabburi keindahan yang tercipta, cukuplah dengan syukur yang tertutur dalam setiap ucap bahwa kita masih diberi jatah untuk dapat memandang seluruh alam.
Ukhti fillah, bagaimana kabarmu di penghujung malam hari ini? masihkah sisa-sisa air wudhu menyegarkan amarah? masihkah sebaris kerinduanmu padaNya mengalun dari tiap bait suci yang kau lantunkan? kuharap demikian, sebab sebait kerinduan itu, pastilah rupa kegandaan rindu-Nya atas dirimu.
Saudariku, aku pernah membaca sebuah paragraf dari Jalaluddin Rumi, bagaimana Allah menitipkan selubung-selubungnya kepada kita, ummat Rasulullah.
Katanya;
"Tuhan menciptakan hijab-hijab itu untuk tujuan baik. Jika keindahan Tuhan ditampakkan tanpa hijab, kita takkan sanggup menanggung pesonanya, tak bisa menikmati daya pikatnya. Sebab hijab itulah kita mendapatkan kebaikan dan manfaat."
Seperti juga ketika Allah menitipkan selubungnya lewat matari yang memancar sinarnya, pabila ia berjarak dekat, binasalah kita. Atau ketika Allah memesamkan selubung-Nya lewat tetumbuhan pada gunung-gunung yang meraksasa, maka yang ada hanya pesona, bayangkan jika gunung-gunung dicipta tanpa selubung, niscaya ia akan hancur berkeping-keping
"Ketika Tuhannya menampakkan diri kepada gunung, gunung itu hancur berkeping-keping" (Al-A'raf: 143)
Maka seperti itulah Allah mencipta selubung, sebagaimana Ia bersikukuh menjaga kita, melindungi kita, memuliakan kita (sebagai wanita).
Gerakan Setengah Tujuh, bukan budaya tanpa latar belakang, bukan pula kebijakan tanpa rumusan, GST tak menyoal batas hak seorang wanita untuk berjuang, bertahan atau sekadar berpendapat, ia lebih dari itu.
Gerakan Setengah Tujuh bukan anjuran tanpa ruang, bukan kesepakatan tanpa musyawarah, Ia budaya yang membentuk keluhuran budi dan akal.
Bagi yang tak mengenalnya, ia serupa "kekolotan" dan tak lebih dari suatu kemunduran. Bayangkan saja, jika teman-teman (perempuan) lain masih bergelut dengan teori-teori ekonomi dan susastra atau sebagian sibuk debat sana sini dalam suatu forum, akhwat yang GST harus secepat mungkin enyah dari kampus dan mau tidak mau harus meninggalkan semua agendanya. Tak jarang kalimat-kalimat seperti;
"Kita udah mahasiswa, bebas!"
"Hidup, hidup gue kenapa lo yang repot!"
"Gue bukan anak SD, terserah mau pulang kapan aja"
Dan lain sebagainya, menjadi dilema bagi kita yang berikhtiar menjaga saudari kita dari segala bahaya atau sekadar mengingatkannya agar tak terpapar oleh maksiat..
Meski di kampus, bukan berarti keamanan kita terjamin (tanpa mengurangi rasa hormat kepada para pejuang keamanan kampus) ya, kejahatan kini merajalela dan mata-mata penjarah telah mengintai kita dimana-mana.
Pernahkah kita bermuhasabah bahwa dengan selubung cinta-Nya, setiap patah kata tak pernah sia-sia?
Pernahkah kita tersadar bahwa GST adalah salah satu selubung kata-kata yang Allah kehendaki agar kita lebih lama bercengkrama dengan-Nya lewat tilawah-tilawah kita di dalam kamar?
Pernahkah kita berfikir, GST adalah selubung-Nya yang tertulis, agar kita lebih intens mendekat kepada Nya, mencurahkan seluruh cerita dan cita-cita di sepertiga malam, dimana jarak antara Tuhan dan hamba-Nya amat dekat tanpa selubung, dimana setiap bisikmu kepada Nya seumpama kekasih pada kekasihnya, seperti bisik ibu pada janin yang dikandungnya, bagai curahan seorang anak pada ayahnya, seperti denyut yang berdenyar pada urat leher kita. Dekat, amat dekat.
Saudariku, Allah tengah merinduimu, Allah tengah mendekapmu dari jelaga nafsu.
Namun adakah rindu-Nya bersambut? adakah luka dari sentuhan rindu jika sehari kita tak menyapa Nya bahkan lewat satu ayat saja? Adakah luka itu melebam dan kekhawatiran akan perpisahan itu datang? adakah duhai shalihah?
Maka izinkanlah aku menyampaikan selubung rindu-Nya padamu wahai saudariku, biarkan rinduku, rindumu dan rindu-Nya bertemu dalam jembatan antara Nabawi dan Madinah, antara jantung dan cintanya.
Yaa Rabbana, jangan kau biarkan hati-hati kami tak pernah terluka oleh kehampaan jika tanpa-Mu, meski hanya lewat sebatas rindu, hanya selubung rindu.
Izrail dan Ibrahim dalam percakapannya, Ibrahim berkata,
"Tolong sampaikan pada Allah, adakah kekasih yang tega mencabut nyawa kekasihnya?"
Lalu, Allah, lewat Izrail menitipkan pesan
"Ya Ibrahim, adakah kekasih yang tak rindu bertemu dengan kekasihnya?"
Maka pulanglah Ibrahim menemui kerinduannya.
#GST
#AkhwatKeceKuduGST
#GerakanSetengahTujuh
#Rindu
#SelubungRindu
#YukGST
#TagAkhwatKece
#TagSaudarimu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar